Selasa, 15 Februari 2011

Kapitalisme dan Neoliberalisme

Sebuah Tinjauan Singkat

oleh:
Eko Prasetyo

LISENSI DOKUMEN
Lisensi Al-Manنr.



Penggandaan maupun penyebarluasan untuk kepentingan pendidikan dan bukan
komersial diijinkan dengan tetap mencantumkan atribut penulis dan keterangan
dokumen ini secara lengkap.

Modifikasi artikel atau penggandaan serta penyebarluasan artikel ini untuk
kepentingan komersial mensyaratkan permohonan ijin secara tertulis kepada
penulis melalui redaksi Digital Journal Al-Manنr atau secara langsung kepada
penulis.
Keberatan terbesar kalangan mahasiswa terhadap pemotongan subsidi ditengarai
karena kebijakan yang ada di balik itu didasarkan pada kepatuhan atas ajaran yang tertuang
dalam ideologi neo-liberalisme. Yang terpokok dari ideologi neo-liberalisme adalah
dikarantinanya peran sosial negara dan menjadikan pasar bebas sebagai kiblat dari semua
transaksi ekonomi. Kedua kecenderungan ini membawa akibat serius bagi kehidupan
mayoritas rakyat yang masih berada dalam krisis. Segala kritik yang ditumpahkan oleh
sejumlah aktivis tidak mengurangi keyakinan penguasa untuk tetap menerapkan ideologi
neo-liberalisme dalam berbagai proyek pembangunan. Kerasnya suara perlawanan di
tingkat akar rumput ini telah memperluas wacana ideologi neo-liberalisme pada semua
komunitas masyarakat sipil. Aksi penentangan yang tidak percuma mengingat saat ini,
banyak kalangan mulai kembali menelaah, apa sesungguhnya yang ada di balik ideologi
neo-liberalisme dan bagaimana kiprahnya. Sejarah tentang pergerakan modal tak lagi
ditatap sebagai soal ekonomi semata akan tetapi juga ditinjau dari sudut politik, sosial
bahkan persentuhannya dengan keyakinan agama. Dinamika konflik antara modal dengan
negara saat ini menemukan babak baru dan melaluinya beberapa teori perubahan sosial

1 Disampaikan untuk PubDisc (Public Discussion) SCIENCES,19 April 2003


Ekonomi Politik Journal Al-Manنr Edisi I/2004


kini dirumuskan.

Dalam paparannya, Anthony Giddens menyatakan kalau modernitas disangga oleh
kekuatan kapitalisme, negara bangsa, organisasi militer dan industrialisasi. Kapitalisme
merujuk pada sejumlah prinsip struktural yang mendasari praktik akumulasi modal dalam
konteks pasar produksi dan tenaga kerja yang kompetitif. Sedang negara-bangsa menunjuk
pada prinsip struktural yang mengoordinasi praktik kontrol atas informasi, supervisi sosial
dan pemata-mataan. Lalu militerisme menyangkut prinsip struktural yang mendasari
praktik pengontrolan atas alat-alat kekerasan dalam konteks industrialisasi perang.
Akhirnya industrialisme menyangkut prinsip struktural yang mendasari praktik-praktik
yang bertujuan untuk mengubah alam atau pembangunan lingkungan non alami2.
Keempatnya merupakan tulang punggung yang menghamba pada modernitas dan darinya
proses transformasi sosial masyarakat bekerja. Dalam konteks perbincangan kali ini,
kapitalisme kiranya menjadi sistem yang berkait-erat dengan proses berjalin-kelindanya
modal. Kapitalisme membawa dunia pada sistem perekonomian yang tunduk pada norma
serta aturan pasar. Terobosan kapitalisme adalah membentuk sistem pasar yang
hegemonik dimana kekuasaan privat juga memiliki kemampuan untuk mencipta pengaruh
pada kawasan publik. Mengapa kekuatan kapitalisme bisa sejauh itu dampaknya?

Adam Smith adalah peletak dasar pemikiran kapitalisme yang menjelaskan
bekerjanya mekanisme hukum pasar atas dasar dorongan kepentingan-kepentingan pribadi
karena kompetisi dan kekuatan individualisme dalam menciptakan keteraturan ekonomi3.
Melaluinya, kapitalisme melakukan klasifikasi antara nilai guna dengan nilai tukar yang ada
pada setiap komoditi. Ukuran riil dari nilai tukar komoditi, harus dilihat dari kondisi
pertukaran, dimana 'ukuran riil' dari nilai komoditi adalah kuantitas dari kerja yang berada
dalam barang-barang lain yang dapat dipertukarkan di pasar. Tokoh berikutnya yang
penting adalah David Ricardo, yang melakukan kritik terhadap Adam Smith, terutama
yang berkaitan dengan nilai komoditi. Menurutnya, nilai komoditi terdapat pada kerja
manusia berikut bahan-bahan mentah dan alat-alat kerja. Ricardo menemukan bahwa

2 Lih B Herry Priyono, Anthony Giddens, Suatu Pengantar, KPG, 2003

3 Kalimat yang populer dari Adam Smith "Bukanlah dari kemurahan hati tukang daging, tukang bir atau tukang rot/', kita mengharapkan
mendapat makanan; melainkan dari penghargaan mereka atas kepentingan din mereka masing-masing. Kita camkan dalam din kita, bahwa
bukanlah dari rasa kemanusiaan, melainkan dan rasa cinta terhadap diri-sendiri; dan tak akan kita berbicara pada mereka mengenai
kebutuhan-kebutuhan kita bersama, melainkan atas dasar laba yang bisa mereka rain' Lih Bonnie Setiawan, Peralihan Kapitalisme Di Dunia
Ketiga, Insist Press, 1999


Ekonomi Politik Journal Al-Manنr Edisi I/2004


komoditi yang dijual pada harganya, kira-kira akan setara dengan jumlah kerja yang
diperlukan untuk memproduksinnya. Asumsinya satu-satunya nilai tukar, berawal dari
jumlah kerja yang digunakan untuk memproduksi, Karenanya dari Ricardo-lah sifat parasit
dari seluruh pendapatan yang tidak diperoleh dari kerja terbongkar, sebab darinya, kelak
akan ditemukan apa yang dinamai dengan nilai lebih dan kerja lebih.

Kedua ilmuwan ini menjadi peletak dasar bagi ideologi kapitalisme awal dan
mereka hidup pada masa transisi dari ekonomi subsisten menuju pada sistem ekonomi
pasar, yang mengandalkan pada laba. Sejumlah ilmuwan kemudian memberikan
pendasaran historis tentang masa peralihan ke kapitalisme ini dengan ditandai oleh
sejumlah indikator: pertama meningkatnya output pertanian yang bersamaan dengan
pemisahan petani-petani dari tanahnya, kedua pertumbuhan produksi komoditi dan
pembagian kerja, ketiga akumulasi modal oleh pedagang dan petani kaya. Paul Baran
menyatakan bahwa kapitalisme terbentuk ketika terjadi akumulasi modal dalam bentuk
modal dagang yang kemudian menjadi dasar ekspansi Eropa dimana negara memberikan
dukungan terhadap kompetisi. Dengan demikian, Baran melihat perkembangan
kapitalisme sebagai perkembangan di satu wilayah dengan mengorbankan wilayah-wilayah
lainnya. Baran berjasa dalam meletakkan dasar-dasar eksploitasi kapitalisme yang
dilanjutkan oleh sejumlah teoritisi neo marxis yang menjelaskan tentang bagaimana
ekspansi kolonial ini telah membawa ketergantungan pada sejumlah negara. Ekspansi
kolonial ini juga memperkenalkan kemajuan dari organisasi militer, yang oleh Amartya
Sein, telah membawa pada dua tingkat; pertama karakter massal tuntutan militer telah
merangsang rasionalisasi proses produksi dan kedua tentara itu sendiri merupakan model
bagi organisasi industri dan organisasi sosial.

Tapi Perang Dunia II telah mendorong upaya untuk penyusunan kembali
pemikiran ekonomi yang kemudian melahirkan ekonomi pembangunan, Gunnar Myrdal
menyatakan gagasan pembangunan ini dilatarbelakangi oleh: pertama likuidasi kekuasaan
struktur kolonial yang cepat, kedua adanya harapan akan perkembangan di negara-negara
terbelakang itu sendiri, ketiga ketegangan internasional, yang memuncak pada perang
dingin, yang membuat nasib negara-negara terbelakang menjadi keprihatinan kebijakan
luar negeri.4 Pasca Perang Dunia II ini telah membawa upaya beberapa negara, terutama
Amerika, untuk memimpin proses rekonstruksi. Instrumen untuk ini ada dalam program

4 Lih Bjorn Hettne, Teori Pembangunan dan Tiga Dunia, Gramedia, 2001


Ekonomi Politik Journal Al-Manنr Edisi I/2004


besar-besaran yang dinamai dengan Marshal Aid yang bertujuan ganda, pertama untuk
menjalankan ekonomi dunia (menurut sistem Bretton Woods) dan menahan laju
komunisme. Paling tidak, ada tiga pilar di balik pemunculan teori pembangunan, yakni;
pertumbuhan, perencanaan dan bantuan. Dalam pengertian Gramscian, tatanan dunia
pasca perang -yang memunculkan gagasan pembangunan- ini sangat hegemonik.
Mengingat, pertama secara gemilang AS berhasil mendifinisikan kepentingan korporasi
ekonominya dalam sebuah kerangka global dan bersedia memikul beban kepemimpinan.
Kedua kepemimpinan AS atas sekutu-sekutu Eropa tidak semata-mata dibangun di atas
dominasi ekonomi, politik atau keunggulan militer, tetapi lebih didasarkan pada
konvergensi kepentingan dan sikap elite di negara-negara itu, dan semakin meningkatnya
penerimaan visi internationalis liberal AS mengenai ekonomi dunia yang terbuka yang
dirancang menguntungkan para pesertanya, meski tidak seimbang5.

Tapi, proyek ini ternyata membawa kegagalan serius, sebagaimana yang dinyatakan
oleh berbagai kalangan, pertumbuhan dengan tanpa pembangunan tetapi dengan
kemiskinan. 1-1 Cheners menyatakan "sekarang jelas bahwa lebih dari satu dekade,
pertumbuhan yang pesat di negara-negara terbelakang menghasilkan sedikit sekali
keuntungan bagi sekitar sepertiga penduduknya". Yang lebih berbahaya dampak dari
adopsi kebijakan pembangunan adalah timbunan hutang yang ada di negara-negara
berkembang. Karenanya, diperlukan sebuah strategi baru, yang kemudian dikenal dengan
neo-liberalisme. Pada dasarnya neo-liberalisme adalah sebuah reaksi terhadap
membesarnya peran negara yang menyebabkan kehancuran sistem pasar. Jalan keluar yang
diusulkan oleh ideologi neo-liberalisme adalah melucuti peran negara dan mengembalikan
semua transaksi ekonomi ke dalam hukum pasar. Sehingga ketika Indonesia terjatuh pada
krisis, neo-liberalisme memberikan beberapa penjelasan tentang sebab-musabanya6.
Pertama krisis terjadi karena kebijakan makro yang diterapkan sehingga krisis dipandang
dalam konteks balance of payment (depresiasi uang, jatuhnya nilai tukar) kedua financial panic
yakni kepanikan nasabah Bank, ketiga Bubble Colaps atau model balon mengempis karena
prilaku para spekulator, keempat moral hazarrd cyrisis terhadap institusi perbankan dan
terakhir disoderly workout yakni kekacauan terjadi ketika peminjam tidak lancar

5 Lih Muhadi Sugiono, Kritik Antonio Gramsci Terhadap Pembangunan Dunia Ketiga, Pustaka Pelajar,

6 Lih Mansour Fakih, Sesat Pikir Teori Pembangunan 6' Globalisasi, Insist Press dan Pustaka Pelajar, 2001


Ekonomi Politik Journal Al-Manنr Edisi I/2004


memprovokasi kreditor untuk berlomba dan memaksa likuiditas.

Itu sebabnya kehadiran IMF menjadi diperlukan terutama ketika banyak negara
tidak mampu membayar hutangnya kembali. Semula Meksiko yang gagal membayar
hutangnya yang jatuh tempo pada tahun 1982. IMF, pada saat Meksiko mengalami
masalah, diperlukan untuk membantu menyelamatkan neraca pembayaran dan mengatur
perundingan restrukturisasi utang dengan kalangan Perbankan International. Perannya
menjadi kian penting saat Asia memasuki krisis terberatnya pada dekade 1997 dimana
IMF mencoba ikut memecahkan. Salah satu program IMF yang populer dinamakan
dengan SAP {Structural Adjusment Program) yang didasarkan atas keyakinan bahwa sektor
swasta lebih efektif, dinamis dan bereaksi lebih baik terhadap ekonomi pasar daripada
sektor pemerintah. Karenanya IMF selalu mendorong setiap negara untuk berintegrasi
dalam pasar dunia melalui beberapa kebijakan, diantaranya7: pertama menurunkan nilai
tukar mata uangnya agar lebih kompetitif, kedua mengurangi hambatan-hambatan
perdagangan sehingga mendorong industri lokal lebih kompetitif dalam menghadapi
produk impor yang lebih murah, ketiga memberikan insentif ekspor seperti keringanan
pajak dan subsidi keuangan, keempat merangsang investasi asing dengan menciptakan
wilayah perdagangan bebas atau memberikan pembebasan pajak. Di samping sejumlah
program ini juga ada sejumlah bantuan yang berada di bawah program-program IMF yang
tetap konsisten dengan paradigma utamanya, yakni mencebur dalam mekanisme pasar
bebas.

Peran IMF yang terpenting adalah melakukan liberalisasi finansial dan ini
sepenuhnya mendapat dukungan penuh Amerika. Bill Clinton yang menetapkan ekonomi
sebagai fokus kebijakan luar negerinya membentuk Dewan Ekonomi Nasional yang
kedudukannya setara dengan Dewan Keamanan. Liberalisasi Finansial yang dipaksakan
pada semua negara tentu memiliki efek yang membahayakan. Apalagi ketika kebijakan
Liberalisasi Keuangan ini mendapat dukungan besar dari NATO, yang memiliki tujuan
untuk menyebar-luaskan keamanan dan stabilitas yang dinikmati Eropa Barat sejak Perang
Dunia II ke Eropa Tengah dan Timur. Penyebarluasan tersebut akan menciptakan
prospek yang bagus untuk menarik investasi. Bahkan Cohen menyatakan, strategi
pemerintah untuk menentang “kekerasan dan instabilitas-instabilitas yang membahayakan

7 Carol Welch, Panduan Mengenai IMF, INFID Jakarta


Ekonomi Politik Journal Al-Manنr Edisi I/2004


nyawa manusia dan pasar”.8 Tentu kebijakan ini sudah tentu akan membawa dampak yang
muram, terutama ketika dikaitkan dengan pendapat yang dikemukakan pertama kali oleh,
John Maynard Keynes. Dikatakan, liberalisasi kapital akan merampas kemampuan negara
untuk melaksanakan kebijakan ekonomi yang independen. Keynes selalu menganggap
pasar itu sesungguhnya bersifat irasional. Tetapi, nampaknya Amerika bersikukuh untuk
tetap menyakini akan liberalisasi pasar. Dalam laporan sub-komite senat dikatakan, teologi
yang menggerakkan sistem ini adalah keyakinan tak tergoyahkan terhadap pergerakan
modal bebas tanpa batasan atau regulasi. Tujuan kebijakan AS adalah untuk memastikan
keamanan dan mobilitas modal. Sebuah keyakinan yang mesin utamanya adalah IMF dan
kekuasaan otoriter ini tentu memiliki, sejumlah kelemahan-kelemahan serius.

Tentu ada sejumlah kelemahan-kelemahan yang ada dalam IMF saat menjalankan
programnya. Kritikan utama yang selalu muncul adalah cara kerja IMF yang sangat
tertutup dan andaikan ada informasi maka itupun informasi yang sangat sepele. Kritik lain
adalah tidak adanya akuntabilitas dan evaluasi terhadap sejumlah program IMF. Apalagi
IMF selalu mengaku sebagai lembaga antar pemerintah sehingga tidak merasa perlu
bertanggung jawab kepada publik. Akuntabilitas dan evaluasi tidak terjadi karena IMF
selalu menghindar berurusan dengan wakil pemerintah dari kalangan yang lebih luas,
dengan berdalih pada artikel V statuta-nya, yang menyatakan bahwa kementrian keuangan
dan para pejabat Bank Sentral adalah pihak yang memiliki hubungan langsung dengan
IMF. Di sisi lain pendekatan IMF terhadap persoalan tenaga kerja benar-benar mengacu
pada pasar, fleksibilitas tenaga kerja akan memberi rangsangan bagi bisnis dan penanaman
modal yang pasti akan mendorong kenaikan upah maupun perubahan iklim kerja jika
negara terus berkembang. Dampak pendekatan ini yang menyolok adalah melejitnya angka
pengangguran. Selain itu juga yang tak kalah hebohnya, perhatian IMF pada perdagangan
bebas dan pertumbuhan ekonomi yang mengandalkan ekspor telah 'berhasil' merusak
lingkungan. Mengingat sejumlah kelemahan-kelemahan diatas itu pulalah maka ada kritik
bahkan tuntutan untuk membubarkan saja institusi ini.

Tuntutan yang makin mengeras ini telah mengetuk Washington untuk kembali
memikirkan strategi penaklukan sejumlah gerakan oposisi. Diantara taktik yang diterapkan
adalah9 (1) Washington berusaha memecah-belah oposisi anti diktator dengan mendanai
dan mengatur kelompok borjuis liberal sambil mengisolir dan mendemobilisasi gerakan


8 William K Tabb, Tabir Politik Globalisasi, 2003, Lafadi, Yogyakarta
9Lih James Petras dan Heltmeyer, Imperialisme Abad 21, Kreasi Wacana, 2002



Ekonomi Politik Journal Al-Manنr Edisi I/2004


gerakan kerakyatan sayap kiri (2) Washington mengkampanyekan transisi hasil negoisasi
antara liberal borjuis dan militer yang akan mempertahankan kekuatan bersenjata,
memperkuat kebijakan-kebijakan "pasar bebas" dan memperkenalkan pemilihan umum.
Kemunculan sejumlah ornop yang menggerakkan agenda demokratisasi sebenarnya
dilandasi oleh motif itu, karenanya beberapa kalangan mulai menggulirkan beberapa kritik,
yang berkisar pada; pertama ornop telah menjadi tempat berteduh yang nyaman bagi
sejumlah intelektual yang ingin 'bertahan hidup', kedua kegiatan ornop telah menjadi
komoditas yang berorientasi semata-mata pada proyek yang bisa 'dijual', ketiga ornop
menjadi lowongan kerja tersendiri yang memiliki potensi untuk menampung tenaga kerja.
Ringkasnya, gerakan ornop telah menjadi kekuatan proyek dan lama-kelamaan memang
tidak lagi berorientasi gerakan. Dalam kaitan inilah, proyek neo-liberalisme ditegakkan, di
tengah lesunya gerakan kerakyatan dan buasnya kekuatan swasta yang hendak
menggantikan kuasa dari pemerintah.

Dengan mempertimbangkan itu semua, kiranya ada fungsi dan mandat yang bisa
dilakukan oleh LDK (Lembaga Dakwah Kampus). Pertama yang teramat penting adalah
mendorong kesadaran kritis mengenai apa itu kapitalisme. LDK harus mampu untuk
menjelaskan dalam bahasa yang komunikatif pada publik mengenai apa itu kapitalisme,
mengingat ancaman yang dibawanya sekaligus korban yang berjatuhan akibat penerapan
ideologi ini. Kalau perlu 'motif’ penghancuran dari sistem ekonomi yang kapitalistik ini
dibaca dalam konteks semangat moral. Tujuannya sederhana, agar persoalan kapitalisme
ini tidak melulu dihadapi sebagai soal ekonomi melainkan juga pada tataran nilai. Kedua
tak kalah pentingnya adalah mulai merintis jaringan bukan lagi berdasarkan atas 'kesamaan
iman' saja melainkan juga atas basis kesamaan pada persoalan sosial. LDK perlu lebih
mengintensifkan hubungan dengan berbagai kekuatan anti kapitalisme yang mungkin
dapat menyediakan sejumlah data, informasi bahkan wacana mengenai kapitalisme ini.
Jaringan ini menjadi mudah saat ini, terutama dengan berkembang-luasnya gerakan anti
kapitalisme belakangan ini. Di samping itu yang tak kalah pentingnya adalah mengaktifkan
kembali kegiatan advokasi, yang tidak semata-mata dipandang sebagai kegiatan sekuler,
melainkan kegiatan pembelaan terhadap kaum yang dianiaya. Usaha untuk ini perlu
ditempuh mengingat krisis yang berpekepanjangan ini, tak lagi bisa dilihat sebagai
ancaman sosial melainkan juga ancaman akan runtuhnya nilai-nilai kemanusiaan.
Berangkat dari sana nampaknya, orientasi LDK yang selalu mendorong pembentukan
komunitas atau masyarakat yang berakhlak mulia perlu ditambah dengan mandat,


Ekonomi Politik Journal Al-Manنr Edisi I/2004


penciptaan masyarakat yang adil dan egaliter. Cita-cita ideal yang kini sedang dirusak oleh
sistem Kapitalisme maupun oleh sistem globalisasi.

*********


Ekonomi Politik Journal Al-Manنr Edisi I/2004


Eko Prasetyo, adalah alumnus Fakultas Hukum Ull tahun 1997, kemudian melanjutkan
studi S2 di fakultas dan umversitas yang sama, namun tidak selesai. Mengawali "karir"
dengan menjadi guru TPA di Kota Gede dan pernah jadi kepala sekolah TPA di kampung
Pujokusuman Yogyakarta. Pernah menjadi bagian dan kepanitiaan ramadhan di Masjid
Syuhada Kota baru dalam Training Keluarga Sakinah. Selain aktif di Insist Press, Pusham
Ull dan redaksi tetap Jurnal Wacana, sempat juga menjadi anggota Tim Pembela Muslim
untuk advokasi hukum Laskar Jihad dan pernah menulis beberapa artikel untuk tabloid
Laskar Jihad. Beberapa tulisannya dalam bentuk buku telah diterbitkan antara lain: HAM:
Kejahatan Negara dan Imperialisme Modal (2001), Islam Kiri Melawan Kapitalisme Modal: dari
Wacana Menuju Gerakan (2002), dan Membela Agama Tuhan: Potret Gerakan Islam dalam
Pusaran Konflik Global (2003). Pengalaman lainnya yang menarik adalah pernah menjadi
produser untuk sebuah film dokumenter tentang Polisi DIY dan Masyarakat Transisi.
Aktivitas di rumahnya yang terletak di desa Lemwulung di wilayah Bangun Tapan, BantuI,
antara lain membaca novel roman, membaca puisi dan mengasuh anak bersama istri
tercinta.

0 komentar:

Posting Komentar